NAMA: DHEA NITA UMAROH
NIM: 1612011032
KELAS:1A
Tugas Agama Islam V
MANUSIA
MAKHLUK SOSIAL
Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan
kebersamaan dalam kehidupannya. Semua itu adalah dalam rangka saling memberi
dan saling mengambil manfaat. Orang kaya tidak dapat hidup tanpa orang miskin
yang menjadi pembantunya, pegawainya, sopirnya, dan seterusnya. Demikian pula
orang miskin tidak dapat hidup tanpa orang kaya yang mempekerjakan dan
mengupahnya. Demikianlah seterusnya. Allah Swt. berfirman yang artinya: “Apakah
mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.” (Az-Zukhruf: 32)
Menurut pandangan Islam manusia secara etimologi disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, berasal dari akar kata nasiya yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari akar kata al-uns maka kata insan berarti jinak. Dari kedua akar kata tersebut kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak, dalam arti manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Pengertian sosial menurut para ahli (Paul Ernes dan Enda M.C) adalah “Hubungan individu dalam sebuah komunitas dan bagaimana cara mereka menjalin hubungan antar sesama dalam berbagai kegiatan bersama dan hubungan ini merupakan inti dari sebuah interaksi di antara mereka di lingkungan masing-masing dan tidak terikat oleh sebuah pola tertentu”.
Karena sosial merupakan cara manusia berhubungan dengan sesama dalam berbagai kegiatan, maka seiring dengan perkembangan budaya manusia, sifat sosial juga mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan pranata-pranata yang timbul berdasarkan tujuan atau kegiatan yang telah disepakati bersama oleh mereka. Menurut Koentjarainingrat, dalam kehidupan masyarakat ada delapan macam tujuan pranata sosial dalam memenuhi kebutuhan manusia yaitu kehidupan kekerabatan, mata pencaharian, pendidikan, ilmu pengetahuan, rohani-batiniah, berhubungan dengan Tuhan atau alam ghaib, mengatur kehidupan bernegara, dan jasmani manusia. Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Beberapa faktor mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu alamiah atau kodrat Tuhan, saling memenuhi kebutuhan, dan saling ketergantungan. Keberadaan semua faktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia, sehingga manusia itu benar-benar bermasyarakat.
Menurut pandangan Islam manusia secara etimologi disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, berasal dari akar kata nasiya yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari akar kata al-uns maka kata insan berarti jinak. Dari kedua akar kata tersebut kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak, dalam arti manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Pengertian sosial menurut para ahli (Paul Ernes dan Enda M.C) adalah “Hubungan individu dalam sebuah komunitas dan bagaimana cara mereka menjalin hubungan antar sesama dalam berbagai kegiatan bersama dan hubungan ini merupakan inti dari sebuah interaksi di antara mereka di lingkungan masing-masing dan tidak terikat oleh sebuah pola tertentu”.
Karena sosial merupakan cara manusia berhubungan dengan sesama dalam berbagai kegiatan, maka seiring dengan perkembangan budaya manusia, sifat sosial juga mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan pranata-pranata yang timbul berdasarkan tujuan atau kegiatan yang telah disepakati bersama oleh mereka. Menurut Koentjarainingrat, dalam kehidupan masyarakat ada delapan macam tujuan pranata sosial dalam memenuhi kebutuhan manusia yaitu kehidupan kekerabatan, mata pencaharian, pendidikan, ilmu pengetahuan, rohani-batiniah, berhubungan dengan Tuhan atau alam ghaib, mengatur kehidupan bernegara, dan jasmani manusia. Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Beberapa faktor mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu alamiah atau kodrat Tuhan, saling memenuhi kebutuhan, dan saling ketergantungan. Keberadaan semua faktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia, sehingga manusia itu benar-benar bermasyarakat.
Sementara
interelasi sosial dalam masyarakat akan tampak dalam bentuk suatu perasaan
hidup bersama, sepergaulan, dan selingkungan yang dilandasi oleh rasa
kemanusiaan yang beradab, kekeluargaan yang harmonis dan kebersatuan yang
mantap.Dengan demikian tidak setiap kumpulan individu merupakan masyarakat.
Dalam kehidupan sosial terjadi bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara
lain hubungan antar status, persahabatan, kepentingan, dan hubungan kekeluargaan.
Sebagai mahluk sosial, manusia dikaruniai oleh Sang Pencipta antara lain sifat
rukun sesama manusia. Dari
uraian di atas, bila ditinjau dari perspektif Islam, baik dari aspek normatif
maupun interaktif pengamalan syariat. Pandangan itu secara garis besarnya
adalah penciptaan manusia, bahkan semua makhluk ciptaan-Nya secara berpasangan,
memberikan makna adanya saling ketergantungan, hidup bersama, saling
berinteraksi dan berinterelasi. Kemudian, nilai-nilai dalam pelaksanaan ibadah
salat berjamaah, puasa, zakat dan haji juga memberikan pelajaran bahwa manusia
secara kodrati dituntut untuk empati terhadap sesama. Dalam rangka menjalin hubungan sosial
dalam maknanya yang umum-ada tiga konseptual yang perlu diperhatikan. Yakni
Ta’aruf. Ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), Ta’awun.
(tolong-menolong), Saling menziarahi., peduli dengan aktivitas sosial dan memberi bantuan sosial. Dari uraian di atas jelaslah Islam menuntut umatnya untuk
menyadari kodratnya sebagai makhluk sosial. Untuk lebih luas lagi dapat
dikatakan bahwa wujud nyata atau buah dari seorang mukmin yang rukuk, sujud,
dan ibadah kepada Allah SWT adalah dengan melakukan aktivitas kebaikan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar