Senin, 02 Januari 2017

Manusia Makhluk Sosial



NAMA: DHEA NITA UMAROH
NIM: 1612011032
KELAS:1A
Tugas Agama Islam V

MANUSIA MAKHLUK SOSIAL

 Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan kebersamaan dalam kehidupannya. Semua itu adalah dalam rangka saling memberi dan saling mengambil manfaat. Orang kaya tidak dapat hidup tanpa orang miskin yang menjadi pembantunya, pegawainya, sopirnya, dan seterusnya. Demikian pula orang miskin tidak dapat hidup tanpa orang kaya yang mempekerjakan dan mengupahnya. Demikianlah seterusnya. Allah Swt. berfirman yang artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (Az-Zukhruf: 32)
Menurut pandangan Islam manusia secara etimologi disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, berasal dari akar kata nasiya yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari akar kata al-uns maka kata insan berarti jinak. Dari kedua akar kata tersebut kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak, dalam arti manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya.
 Pengertian sosial menurut para ahli (Paul Ernes dan Enda M.C) adalah “Hubungan individu dalam sebuah komunitas dan bagaimana cara mereka menjalin hubungan antar sesama dalam berbagai kegiatan bersama dan hubungan ini merupakan inti dari sebuah interaksi di antara mereka di lingkungan masing-masing dan tidak terikat oleh sebuah pola tertentu”.
Karena sosial merupakan cara manusia berhubungan dengan sesama dalam berbagai kegiatan, maka seiring dengan perkembangan budaya manusia, sifat sosial juga mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan pranata-pranata yang timbul berdasarkan tujuan atau kegiatan yang telah disepakati bersama oleh mereka. Menurut Koentjarainingrat, dalam kehidupan masyarakat ada delapan macam tujuan pranata sosial dalam memenuhi kebutuhan manusia yaitu kehidupan kekerabatan, mata pencaharian, pendidikan, ilmu pengetahuan, rohani-batiniah, berhubungan dengan Tuhan atau alam ghaib, mengatur kehidupan bernegara, dan jasmani manusia.
Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Beberapa faktor mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu alamiah atau kodrat Tuhan, saling memenuhi kebutuhan, dan saling ketergantungan. Keberadaan semua faktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia, sehingga manusia itu benar-benar bermasyarakat.
Sementara interelasi sosial dalam masyarakat akan tampak dalam bentuk suatu perasaan hidup bersama, sepergaulan, dan selingkungan yang dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang beradab, kekeluargaan yang harmonis dan kebersatuan yang mantap.Dengan demikian tidak setiap kumpulan individu merupakan masyarakat. Dalam kehidupan sosial terjadi bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara lain hubungan antar status, persahabatan, kepentingan, dan hubungan kekeluargaan. Sebagai mahluk sosial, manusia dikaruniai oleh Sang Pencipta antara lain sifat rukun sesama manusia. Dari uraian di atas, bila ditinjau dari perspektif Islam, baik dari aspek normatif maupun interaktif pengamalan syariat. Pandangan itu secara garis besarnya adalah penciptaan manusia, bahkan semua makhluk ciptaan-Nya secara berpasangan, memberikan makna adanya saling ketergantungan, hidup bersama, saling berinteraksi dan berinterelasi. Kemudian, nilai-nilai dalam pelaksanaan ibadah salat berjamaah, puasa, zakat dan haji juga memberikan pelajaran bahwa manusia secara kodrati dituntut untuk empati terhadap sesama. Dalam rangka menjalin hubungan sosial dalam maknanya yang umum-ada tiga konseptual yang perlu diperhatikan. Yakni Ta’aruf. Ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), Ta’awun. (tolong-menolong), Saling menziarahi., peduli dengan aktivitas sosial dan memberi  bantuan sosial. Dari uraian di atas jelaslah Islam menuntut umatnya untuk menyadari kodratnya sebagai makhluk sosial. Untuk lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa wujud nyata atau buah dari seorang mukmin yang rukuk, sujud, dan ibadah kepada Allah SWT adalah dengan melakukan aktivitas kebaikan sosial.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar